Sang
ibu sangat berpengaruh dan berperan besar dalam kepemimpinan Harun Ar-Rasyid.
Sejak belia, ia sudah ditempa dengan pendidikan agama Islam dan pemerintahan di
lingkungan istana. Salah satu gurunya yang paling populer adalah Yahya bin
Khalid (salah seorang menteri pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid).
Berbekal
pendidikan yang memadai, ia tumbuh menjadi seseorang yang terpelajar. Harun
Ar-Rasyid memang dikenal sebagai sosok yang berotak encer, berkepribadian kuat,
dan fasih dalam berbicara. Karenanya, ketika tumbuh menjadi seorang remaja, dia
sudah mulai diterjunkan ayahnya dalam urusan pemerintahan.
Kepemimpinan
Harun Ar-Rasyid ditempa sang ayah ketika dipercaya memimpin ekspedisi militer
yang terdiri atas 95 ribu pasukan untuk menaklukkan Bizantium sebanyak dua
kali. Ekspedisi militer pertama dipimpinnya pada 779-780 M. Sementara dalam
ekspedisi kedua yang dilakukannya pada 781-782 M, ia memimpin pasukannya hingga
ke pantai Bosporus. Saat melakukan ekspedisi militer itu, ia didampingi oleh
para pejabat tinggi dan jenderal veteran. Dari mereka pula, Harun banyak
belajar tentang strategi pertempuran.
Sebelum
dinobatkan sebagai khalifah, Harun didaulat ayahnya menjadi gubernur di
As-Siafah tahun 779 M dan di Maghrib pada 780 M. Dua tahun setelah menjadi
gubernur, sang ayah mengukuhkannya sebagai putra mahkota untuk menjadi khalifah
setelah saudaranya, Musa Al-Hadi. Pada 14 September 786 M, Harun Ar-Rasyid
akhirnya menduduki takhta tertinggi di Dinasti Abbasiyah sebagai khalifah kelima dan berkuasa hingga akhir hayatnya.
Sang
khalifah tutup usia pada 24 Maret 809 M di Tus, Khurasan, Irak, pada usia yang terbilang
muda 46 tahun. Meski begitu, pamor dan popularitasnya masih tetap melegenda
hingga kini. Namanya juga diabadikan sebagai salah satu tokoh dalam kitab 1001 malam yang amat
populer. Pemimpin yang baik akan tetap dikenang sepanjang masa. Setelah meninggal,
ia digantikan oleh putranya, Al-Amin (809-813 M) dan kemudian Al-Ma'mun. REPUBLIKA.CO,ID
0 komentar:
Post a Comment