Dalam
menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid tak mengenal kompromi dengan
korupsi yang merugikan rakyat. Sekalipun yang berlaku korup itu adalah orang
yang dekat dan banyak berpengaruh dalam hidupnya. Tanpa ragu-ragu, ia memecat
dan memenjarakan Yahya bin Khalid yang diangkatnya sebagai perdana menteri
(wazir).
Harun
pun menyita dan mengembalikan harta Yahya senilai 30,676 juta dinar hasil
korupsi ke kas negara. Dengan begitu, pemerintahan yang dipimpinnya bisa
terbebas dari korupsi yang bisa menyengsarakan rakyatnya. Pemerintahan yang
bersih dari korupsi menjadi komitmennya.
Sang
khalifah benar-benar memperhatikan dan mengutamakan kesejahteraan rakyatnya.
Guna meningkatkan kesejahteraan negara dan rakyat, Harun Ar-Rasyid memajukan
ekonomi, perdagangan, dan pertanian dengan sistem irigasi. Kemajuan dalam
sektor-sektor ini menjadikan Baghdad, ibu kota pemerintahan Bani Abbas, sebagai
pusat perdagangan terbesar dan teramai di dunia saat itu. Karenanya, negara
memperoleh pemasukan yang besar dari kegiatan dagang tersebut, disamping
perolehan dari pajak perdagangan dan pajak penghasilan bumi.
Pemasukan
kas negara yang begitu besar itu tak dikorup sang khalifah. Harun Ar-Rasyid
menggunakan dana itu untuk membiayai pembangunan sektor-sektor lain, seperti
pembangunan Kota Baghdad dengan gedung-gedungnya yang megah, pembangunan
sarana-sarana peribadatan, pendidikan, kesehatan, perdagangan, serta membiayai
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang penerjemahan dan penelitian.
Dari
uang kas tersebut, negara juga mampu memberi gaji yang tinggi kepada para ulama
dan ilmuwan. Mereka ditempatkan pada kedudukan status sosial yang tinggi.
Setiap tulisan dan penemuan yang dihasilkan ulama dan ilmuwan dibayar mahal
oleh negara. Dengan pendapatan negara yang melimpah ini, Khalifah Harun
Ar-Rasyid dan para pejabat negara juga dapat memperoleh dan menikmati segala
kemewahan menurut ukuran zaman itu. Sebab, kehidupan rakyatnya juga berada
dalam kemakmuran dan kesejahteraan.
Kemakmuran
dan kesejahteraan yang dicapai pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid tidak
terlepas dari kemampuannya dalam menjaga keutuhan wilayah yang dikuasainya. Di masa kepemimpinannya, Abbasiyah menguasai
wilayah kekuasaan yang terbentang luas dari daerah-daerah di Laut Tengah di
sebelah Barat hingga ke India di sebelah Timur.
Berbagai
pemberontakan pun tercatat sempat terjadi di era kepemimpinannya. Pemberontakan
yang sempat terjadi pada masa kekuasaannya, antara lain, pemberontakan Khawarij
yang dipimpin Walid bin Tahrif (794 M), pemberontakan Musa Al-Kazim (799 M),
serta pemberontakan Yahya bin Abdullah bin
Abi Taglib (792 M).
Salah
satu puncak pencapaian yang membuat namanya melegenda adalah perhatiannya dalam
bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Pada masa kepemimpinannya, terjadi
penerjemahan karya-karya dari berbagai bahasa. Inilah yang menjadi awal
kemajuan yang dicapai Islam. Menggenggam dunia dengan ilmu pengetahuan dan
peradaban.
Pada
era itu pula berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan dan peradaban yang
ditandai dengan berdirinya Baitul Hikmah perpustakaan raksasa sekaligus pusat
kajian ilmu pengetahuan dan peradaban terbesar pada masanya. Harun pun menaruh
perhatian yang besar terhadap pengembangan ilmu keagamaan. REPUBLIKA.CO.ID
0 komentar:
Post a Comment