Islam mengajarkan
untuk tawazun (seimbang):
_wa aqiimul wazna bil
qishthi wa laa tukhsirul miizaan_
Di antara keseimbangan
itu adalah seimbang antara reward dan punishment, pujian dan kritik, serta
kelembutan dan ketegasan.
Pada dasarnya, lembut
adalah baik, tapi jika bukan pada tempat dan waktunya maka itu zalim.
Pada dasarnya, tegas
itu bagus, tapi jika bukan pada tempat dan waktunya, itu juga zalim.
Kedua sikap ini benar
pada kondisinya masing-masing.
Da'wah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa Sallam sangat memperhatikan keduanya.
Nabi pernah melerai
seorang pemuda yang mabuk dari amuk massa saat itu, dan menyelamatkannya, serta
mengatakan _"dia masih mencintai Allah dan Rasul-Nya"._
Nabi pernah menjenguk
Yahudi yang sakit lalu mengajaknya kepada Islam.
Nabi tidak memarahi
Badui yang kencing di masjid, justru melarang para sahabat yang bersikap keras
kepadanya.
Nabi tidak menghardik
orang yang tubuhnya beraroma bawang merah dan bawang putih di masjid, tapi dia pegang tangannya dengan
lembut dan membawa keluar masjid sampai
ke Baqi'.
Masih banyak fragmen
lain, yang menunjukkan kelembutan da'wah nabi.
Tapi .. kita dapati
ketegasan pula dalam da'wahnya, jika memang itu yang diperlukan.
Nabi pernah memboikot
tiga sahabatnya sendiri lantaran tidak mentaatinya untuk mengikuti perang Tabuk
, 50 hari lamanya mereka didiamkan sampai Allah menerima taubat mereka.
Nabi pernah mendiamkan
semua istrinya sebulan lamanya pasca perang Hunain, lantaran mereka meminta
harta dunia yang tidak dimilikinya.
Nabi pernah sangat
marah kepada Usamah bin Zaid karena mencoba merayu nabi agar meringankan
hukuman bagi wanita Bani Makhzum yang mencuri, _"Seandainya Fathimah
mencuri aku sendiri yang memotong tangannya!"_ Kata nabi.
Nabi pernah marah
kepada Usamah bin Zaid karena telah membunuh
musuh yang telah bersyahadat, walau syahadatnya itu menurutnya hanya
untuk menghindar saja, _"Kenapa kau tidak belah saja dadanya agar kau tahu
karena apa dia bersyahadat!"_ Kata nabi.
Nabi Shallallahu
'alaihi wa Sallam pernah marah kepada para sahabat yang telah salah dalam fatwa
mandi wajib bagi yang junub dalam keadaan pendarahan sehingga hilang nyawa
seseorang karena fatwa itu, _"Mereka telah membunuhnya, semoga Allah
memerangi mereka!"_ Kata nabi.
Masih banyak fragmen
ketegasan Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam baik kepada sahabatnya dan juga
musuhnya.
Maka, selalu lembut
tanpa kenal ketegasan adalah banci ...
Selalu tegas tanpa
kenal kelembutan adalah preman ...
Da'wah Nabi dan para
sahabat amat memperhatikan keseimbangan keduanya ..
Keshalihan seseorang
tidak semata dinilai dari berapa lembut dia terhadap manusia ..
Keshalihan seseorang
juga tidak dinilai dari berapa tegas dia terhadap manusia ..
Tetapi ditentukan oleh
kemampuannya dalam meletakkan posisi manusia dan kesalahan mereka ..yang
dengannya disikapi lembut atau tegas.
Maka, lembut atau
tegas karena tiga hal: kondisi orangnya, kadar dan jenis kesalahannya, dan
situasi yang melatar belakanginya.
Pemahaman terhadap
hal-hal ini sangat vital, jika tidak memahaminya pasti dia tergelincir dan jauh
tergelincir .. walau dia merasa benar dan tahu.
Wallahu a'lam (Sumber:
Majelis Iman Islam/ Oleh: Farid Nu'man Hasan, SS.)
0 komentar:
Post a Comment