JAKARTA -- Nama Umar Mukhtar cukup melegenda di kalangan
umat Islam Libya. Bahkan, sejarah mencatatnya sebagai pejuang pemberani yang
melawan penindasan kaum kolonial di bumi Libya.
Profesi sebagai seorang pengajar
sempat ia jalankan selama beberapa tahun sebelum tentara Italia benar- benar
menancapkan kuku kekuasaanya untuk menguasai Libya.
Sejak itulah Umar, seorang guru,
mengangkat senjata demi mengusir penjajah yang menduduki negeri dan menginjak-nginjak
harga diri umat Islam Libya Kepiawaian Umar Mukhtar dalam memimpin pasukan
membuat tentara Italia kewalahan menguasai Pantai Tripoli Libya yang secara de
jure telah diserahkan Turki Utsmani melalui perjanjian damai bernama Lausanne
kepada Pemerintah Italia.
Melalui strategi Umar Mukhtarlah
tentara Italia dapat dipukul mundur sehingga mengalami beberapa kali kekalahan
yang sangat memalukan di mata dunia. Bagaimana tidak malu?
Perang antara Libya-Italia di
bawah kepemimpinan dari putra Mukhtar bin Umar itu dengan kekuatan tidak
sebanding. Sampai muncul istilah bahwa perang tersebut ibarat perang Daud
melawan Goliath.
Italia bak Goliath yang
mempersenjatai diri dengan alat perang canggih, seperti tank, pesawat tempur,
hingga panser antipeluru, pada masa itu. Sementara, para mujahid Libya, ibarat
Daud dengan senjata seadanya, senjata usang dan berkendaraan kuda. Belum lagi
diukur dari jumlah pasukan. Sama sekali tak sebanding.
Serdadu Italia kewalahan sehingga
mereka menjulukinya sebagai Singa Padang Pasir. Strategi-strategi Umar dalam
mengonsolidasikan orang-orang Libya menjadi duri dalam daging bagi Italia,
karena berkat kemampuannya dalam diplomasi mampu menyatukan suku-suku di Libya
yang terpecah akibat adu domba Italia. REPUBLIKA.CO.ID
0 komentar:
Post a Comment