Hari
Kiamat tidak akan terjadi sehingga umatku ini mengikuti jejak umat (generasi)
sebelum mereka sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta
Datangnya masa di mana umat Islam
benar-benar akan mengikuti Bangsa Persi dan Romawi dalam tata kelola sistem
pemerintahan
Oleh:
Abu Fatiah Al-Adnani
Dari
Abu Hurairah ra, bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallah:
“Hari Kiamat tidak akan terjadi sehingga umatku ini mengikuti jejak umat
(generasi) sebelum mereka sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Maka,
ditanyakanlah kepada beliau, “Ya, Rasulullah, apakah mereka itu seperti
bangsa Persi dan Rumawi?” Beliau menjawab, “Ya, siapa lagi manusia itu
(kalau bukan mereka).” [HR. Al-Bukhari, Al-I‘tishâm, hadits no.
7319. Fath Al-Bârî (13/312)].
Perjalanan
umat Islam di masa 4 khalifah pertama berlangsung selama 30 tahun. Kemudian
umat Islam masuk di fase mulkan adhan yang berlangsung selama lebih dari
1200 tahun. Jika di masa khulafaur rasyidin totalitas system
pemerintahan Islam berpijak pada Al-Qur’an dan Sunnah, maka di era mulkan
adhan (Bani Umayyah, Abbasiah dan Utsmaniyah) system ini mulai bergeser
menjadi kerajaan.Pada fase ini mulai ada titik persamaan secara politik dengan
apa yang berlangsung pada pemerintahan Persi dan Romawi; menjadikan kekuasaan
sebagai warisan.
Meski
demikian, sistem politik Daulah Islam di masa itu tetap berpijak kepada
Al-Qur’an dan Sunnah dan para khalifahnya menjadikan keduanya sebagai dasar
hukum negara.Karenanya, corak ke hidupan yang Islami masih mewarnai masyarakat
Islam di masa itu.
Memasuki
detik-detik menjelang keruntuhan Turki Utsmani, maka keberadaan Khalifah hanya
menjadi simbol yang tidak memegang kekuasaan penuh.Kelemahan di bidang politik
dan militer menyebabkan Turki Utsmani telah menjadi negara ‘jajahan’
bangsa-bangsa kafir Eropa. Praktek membebek kepada bangsa kafir Barat dan
mengambil segala sistem hidup mereka telah dimulai sejak masa sultan Salim III
dan semakin parah pada masa sultan Mahmud II bin Abdul Hamid I memegang tampuk
kekuasaan Turki Utsmani pada tahun 1808 M.
Pada
tahun 1837 M, Sultan Mahmud II memerintahkan penyusunan ensiklopedi
perkara-perkara sipil yang tidak terdapat nash dalilnya dari Al-Qur’an dan
as-sunnah, untuk diisi dengan undang-undang sipil bangsa kafir Barat.
Undang-undang positif Barat akhirnya secara resmi diberlakukan oleh sultan
Abdul Majid I pada tahun 1854 dan 1856 M.
Perlu
dicatat di sini, meski sebagian penguasa cenderung membebek kepada pedoman
hidup kaum kafir Barat, sebagian besar pejabat istana dan kaum muslimin tetap
menentang dengan keras hal tersebut. Bahkan sebagian penguasa seperti sultan
Abdul Hamid II bekerja keras mengembalikan penerapan syariat Islam dalam
seluruh aspek kehidupan dan mencampakkan undang-undang sipil Barat tersebut
selama periode kepemimpinannya, 1978-1908 M. Ya, pada saat kejayaan Turki
Utsmani hampir terbenam tersebut, sultan Abdul Hamid II naik ke singgasana
kekuasaan pada tahun 1293 H/1876 M.
Sultan
Abdul Hamid II mengerahkan segenap upaya untuk mencegah keruntuhan Turki
Utsmani. Ia berjuang keras dengan segala cara agar ide Pan Islamisme (Persatuan
Umat Islam Sedunia) yang ia gagas menjadi kenyataan.
Sebenarnya
upaya tersebut mendapat dukungan luas kaum muslimin di seluruh dunia. Namun
kelemahan dunia Islam secara umum dan Turki Utsmani secara khusus telah terlalu
parah, sehingga kerja keras sultan Abdul Hamid II tidak sepenuhnya berhasil.
Kelompok-kelompok
rahasia antek Yahudi di Salonika dan aliansi kekuatan politik nasionalis antek Barat
berhasil melakukan revolusi pada 1326 H/1908 M dan menggulingkan sultan Abdul
Hamid II, 1327 H/1909 M. Peristiwa itu menandai keruntuhan sebenarnya dari
daulah Islamiyah Turki Utsmani. Sejak 1908 M sampai pernyataan resmi thaghut
Musthafa Kamal Ataturk tentang pembubaran Turki Utsmani 3 Maret 1924 M, daulah
Turki Utsmani tinggal nama tanpa kekuasaan sedikit pun, karena pemerintahan
dijalankan oleh aliansi partai nasionalis-sekuleris antek Barat Hizbul Ittihad
wat Taraqqi dan kekuatan Yahudi Dunmah.
Memasuki
Era Mulkan Jabriyah
Jika
di akhir masa Kekhilafahan Utsmaniah praktek membebek pada sistem politik barat
sudah berlangsung, maka di era Mulkan Jabriyah praktek tersebut dilakukan
secara totalitas. Seluruh negeri-negeri yang walaupun mayoritas penduduknya
adalah muslim, namun para penguasanya telah mencampakkan syari’at Islam dari
kehidupan umat Islam. Sistem demokrasi dan paham sekulerisme menjadi dasar
pijakan politik dan sosialnya.
Sementara
kapitalisme dan liberalisme dijadikan dasar pijakan ekonominya. Sempurnalah
sudah nubuwat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallah
tentang datangnya masa di mana umat Islam benar-benar akan mengikuti Bangsa
Persi dan Romawi dalam tata kelola sistem pemerintahan mereka; sejengkal demi
sejengkal dan sehasta demi sehasta. Dan inilah yang kita saksikan hari ini;
dimana seluruh system politik, sosial, ekonomi dan militer, semuanya mengacu
kepada peradaban bangsa pagan; Persia dan Romawi.
Umat Islam juga mengikuti tata cara beribadah kaum Yahudi
dan Nashrani
Ada
riwayat lain yang serupa dengan nubuwat di atas. Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassallah bersabda: “Kalian benar-benar akan mengikuti tradisi
umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta hingga
mereka masuk ke lubang biawak pun kalian akan mengikuti mereka.” Kami (para
sahabat ) berkata, “Ya Rasulullah, apakah mereka itu orang Yahudi dan Nasrani?”
Beliau menjawab, “Ya siapa lagi (kalau bukan mereka)!” [Muttafaq ‘Alaih:
diriwayatkan oleh Al-Bukhari: Al-I‘tishâm, hadits no. 7320. [Fath
Al-Bârî (13/312)] dan Imam Muslim: Al-‘Ilm, hadits no. 2669. Dalam Muslim
bi Syarah An-Nawawi (8/437)].
Dr.
Al Mubayyadh menjelaskan dilalah
kedua hadits di atas; riwayat yang menjelaskan terseretnya umat Islam pada
sistem Persi dan Romawi adalah terjadi pada sistem pemerintahannya. Sedang
riwayat yang menggambarkan terseretnya umat Islam pada kaum Yahudi dan Nahsrani
adalah pada praktek ritual ibadah, budaya dan tradisinya. Wallahua’lam
bishshawab.* Hidayatullah.com
0 komentar:
Post a Comment