Thursday, January 26, 2017

Nabi Muhammad dan Kaum Difabel




Muhammad Zulfikar Rakhmat

Banyak orang yang melihat sosok Nabi Muhammad dari perspektif yang berbeda. Bagi mereka yang melihat sosok Rasulullah dari sudut pandang yang positif, beliau digambarkan sebagai seorang pemimipin yang adil, prajurit yang pemberani serta seorang suami yang ideal.

Sementara, banyak juga masyarakat yang menggambarkan sosok Nabi Muhammad dari sudut pandang negatif, menggambarkan beliau sebagai pedofil atau seorang teroris.

Namun dalam artikel ini, saya ingin menggambarkan sosok Nabi Muhammad dari sudut pandang yang lain. Saya akan bercerita tentang betapa pentingnya Rasulullah bagi kaum difabel yang memiliki keterbatasan.
Bagi saya dan kaum difabel lainnya Nabi Muhammad lebih dari sekedar inspirator bagi kaum penyandang disabilitas. Ia adalah pembela hak-hak kaum difabel.


1.400 tahun yang lalu, beliau selalu berada di garis terdepan untuk memastikan bahwa orang-orang yang memiliki keterbatasan dipenuhi hak kebutuhannya.

Nabi Muhammad berusaha untuk mengubah cara pandang masyarakat terhadap kaum difabel dengan mengajarkan bahwa tak seharusnya ada stigma atau sikap negatif bagi mereka yang berkebutuhan khusus.

Beliau menekankan bahwa disabilitas tidak mempengaruhi kesempurnaan mereka dimata Allah selama mereka memiliki iman yang kokoh. Nabi juga mengajarkan bahwa tak seperti kepercayaan banyak orang, disabilitas bukanlah hukuman dari Allah tetapi merupakan pengampunan atas dosa-dosa yang telah mereka lakukan.

Seperti sabda beliau, bahwa tiap ujian yang dihadapi oleh seorang Muslim, meskipun hanya luka dari duri, terdapat pengampunan dari Sang Maha Kuasa.

Nabi Muhammad mengangkat harkat dan martabat kaum difabel dan menghapus kesedihan ataupun penderitaan yang mereka alami. Beliau selalu mengingatkan bahwa sesungguhnnya Allah tidak melihat tubuh dan rupa manusia, melainkan melihat hati mereka.

Rasulullah benar-benar hadir sebagai penyejuk mereka yang memiliki keterbatasan dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.

Tak lupa, Nabi juga melindungi hak asasi kaum difabel dan menghapuskan diskriminasi berlandaskan disabilitas, yang lazim sebelum datangnya Islam. Dalam salah satu riwayat diceritakan, bahwa Nabi pernah menunjuk salah satu sahabat yang bernama Abdullah Ibn Umm Maktoom, seorang tuna netra sebagai Muadzin.

Bahkan pernah Rasulullah meminta Abdullah untuk memimpin Kota Madinah saat Nabi berada di luar kota. Beliau memberikan kepercayaan yang luar biasa kepada kaum difabel.

Baginya, keterbatasan Abdullah bukanlah hambatan dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Ia ingin mengajarkan bahwa mereka yang berkebutuhan khusus tak sepatutnya direndahkan karena dibalik kekurangan mereka pasti tersimpan potensi untuk berkontribusi dan bermanfaat untuk orang-orang disekitarnya.

Disamping itu, juga terdapat kisah salah satu sahabat Rasulullah yang bernama Julaybib. Sahabat yang satu ini dijauhi oleh orang-orang di sekitarnya karena memiliki tubuh yang pendek nan tak menawan.

Meski begitu Rasulullah jadikan ia seorang teman, merawat, dan mengangkat martabatnya. Cintanya terhadap Julaybib begitu luar biasa hingga Nabi pernah mengatakan, “Kau dariku dan aku darinya”.

Sikap Rasulullah merupakan gambaran nyata tentang bagaimana prinsip inklusi atau kesetaraan bagi kaum difabel harus diterapkan. Beliau melakukan advokasi, tindakan nyata dalam rangka mendidik umatnya mengenai pentingnya menerima, menyejahterakan, dan memberdayakan kaum difabel.

"Sikap Rasulullah merupakan gambaran nyata tentang bagaimana prinsip inklusi atau kesetaraan bagi kaum difabel harus diterapkan"

Keteladanan lain yang diajarkan oleh Rasulullah adalah melarang umatnya untuk merendahkan atau menertawakan mereka yang lahir tak sempurna. Suatu hari, sahabat Abdullah Ibn Mas’ud, yang juga merupakan orang yang paling pandai dalam menafsirkan al Quran, memanjat sebuah pohon.

Seketika angin terhembus sehingga kaki Abdullah terlihat. Beberapa sahabat yang melihat tertawa. Namun Nabi menegur mereka dengan berkata, “Apa yang membuat kalian tertawa? Ketahuilah bahwa di hari pembalasan kedua kaki Ibn Mas’ud akan lebih berat di timbangan daripada Gunung Uhud”.

Dengan cara ini, Rasulullah mengingatkan umatnya agar tidak menertawakan kaum difabel, terutama terkait dengan penampilan fisik mereka.

Nabi Muhammad bahkan sangat memahami kebutuhan mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Sebagai contoh, bagi mereka yang tak mampu menunaikan salat sambil berdiri, diperbolehkan untuk melaksanakannya dengan duduk, dan seandainya mereka masih tak mampu, Rasulullah memperbolehkan mereka untuk salat sambil berbaring.

Ia juga bersabda bahwa yang membaca Al Quran dengan terbata-bata, ia akan mendapatkan dua pahala dibanding mereka yang membaca dengan sempurna.

Apa yang telah dilakukan oleh Baginda Nabi seharusnya menjadi bahan renungan untuk kita semua. Hari ini orang-orang cacat sering dijadikan bahan cemoohan, mereka terpinggirkan, diabaikan, bahkan seringkali dianggap sebagai sekelompok masyarakat yang lemah dan tidak berdaya.

Rasulullah telah menjadi sumber inspirasi bagi saya dan kaum difabel di seluruh dunia. Beliau mengajak umat manusia untuk selalu peduli terhadap orang lain dengan menjanjikan bahwa siapa pun yang mampu mengatasi segala macam kesulitan yang orang hadapi di dunia ini, Allah akan menghapus kesulitannya di akhirat nanti.
"Beliau mengajak umat manusia untuk selalu peduli terhadap orang lain dengan menjanjikan bahwa siapa pun yang mampu mengatasi segala macam kesulitan yang orang hadapi di dunia ini, Allah akan menghapus kesulitannya di akhirat nanti"

Semoga cerita ini dapat menginspirasi kita semua untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad dalam bersikap terhadap mereka yang memiliki keterbatasan.

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More