Muhammad Zulfikar Rakhmat
Banyak orang yang melihat sosok
Nabi Muhammad dari perspektif yang berbeda. Bagi mereka yang melihat sosok
Rasulullah dari sudut pandang yang positif, beliau digambarkan sebagai seorang
pemimipin yang adil, prajurit yang pemberani serta seorang suami yang ideal.
Sementara, banyak juga masyarakat
yang menggambarkan sosok Nabi Muhammad dari sudut pandang negatif,
menggambarkan beliau sebagai pedofil atau seorang teroris.
Namun dalam artikel ini, saya
ingin menggambarkan sosok Nabi Muhammad dari sudut pandang yang lain. Saya akan
bercerita tentang betapa pentingnya Rasulullah bagi kaum difabel yang memiliki
keterbatasan.
Bagi saya dan kaum difabel
lainnya Nabi Muhammad lebih dari sekedar inspirator bagi kaum penyandang
disabilitas. Ia adalah pembela hak-hak kaum difabel.
1.400 tahun yang lalu, beliau
selalu berada di garis terdepan untuk memastikan bahwa orang-orang yang
memiliki keterbatasan dipenuhi hak kebutuhannya.
Nabi Muhammad berusaha untuk
mengubah cara pandang masyarakat terhadap kaum difabel dengan mengajarkan bahwa
tak seharusnya ada stigma atau sikap negatif bagi mereka yang berkebutuhan
khusus.
Beliau menekankan bahwa
disabilitas tidak mempengaruhi kesempurnaan mereka dimata Allah selama mereka
memiliki iman yang kokoh. Nabi juga mengajarkan bahwa tak seperti kepercayaan
banyak orang, disabilitas bukanlah hukuman dari Allah tetapi merupakan
pengampunan atas dosa-dosa yang telah mereka lakukan.
Seperti sabda beliau, bahwa tiap
ujian yang dihadapi oleh seorang Muslim, meskipun hanya luka dari duri,
terdapat pengampunan dari Sang Maha Kuasa.
Nabi Muhammad mengangkat harkat
dan martabat kaum difabel dan menghapus kesedihan ataupun penderitaan yang
mereka alami. Beliau selalu mengingatkan bahwa sesungguhnnya Allah tidak
melihat tubuh dan rupa manusia, melainkan melihat hati mereka.
Rasulullah benar-benar hadir
sebagai penyejuk mereka yang memiliki keterbatasan dan meningkatkan kepercayaan
diri mereka.
Tak lupa, Nabi juga melindungi
hak asasi kaum difabel dan menghapuskan diskriminasi berlandaskan disabilitas,
yang lazim sebelum datangnya Islam. Dalam salah satu riwayat diceritakan, bahwa
Nabi pernah menunjuk salah satu sahabat yang bernama Abdullah Ibn Umm Maktoom,
seorang tuna netra sebagai Muadzin.
Bahkan pernah Rasulullah meminta
Abdullah untuk memimpin Kota Madinah saat Nabi berada di luar kota. Beliau
memberikan kepercayaan yang luar biasa kepada kaum difabel.
Baginya, keterbatasan Abdullah
bukanlah hambatan dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Ia ingin mengajarkan
bahwa mereka yang berkebutuhan khusus tak sepatutnya direndahkan karena dibalik
kekurangan mereka pasti tersimpan potensi untuk berkontribusi dan bermanfaat
untuk orang-orang disekitarnya.
Disamping itu, juga terdapat
kisah salah satu sahabat Rasulullah yang bernama Julaybib. Sahabat yang satu
ini dijauhi oleh orang-orang di sekitarnya karena memiliki tubuh yang pendek
nan tak menawan.
Meski begitu Rasulullah jadikan
ia seorang teman, merawat, dan mengangkat martabatnya. Cintanya terhadap
Julaybib begitu luar biasa hingga Nabi pernah mengatakan, “Kau dariku dan aku
darinya”.
Sikap Rasulullah merupakan
gambaran nyata tentang bagaimana prinsip inklusi atau kesetaraan bagi kaum
difabel harus diterapkan. Beliau melakukan advokasi, tindakan nyata dalam
rangka mendidik umatnya mengenai pentingnya menerima, menyejahterakan, dan
memberdayakan kaum difabel.
"Sikap Rasulullah merupakan
gambaran nyata tentang bagaimana prinsip inklusi atau kesetaraan bagi kaum
difabel harus diterapkan"
Keteladanan lain yang diajarkan
oleh Rasulullah adalah melarang umatnya untuk merendahkan atau menertawakan
mereka yang lahir tak sempurna. Suatu hari, sahabat Abdullah Ibn Mas’ud, yang
juga merupakan orang yang paling pandai dalam menafsirkan al Quran, memanjat
sebuah pohon.
Seketika angin terhembus sehingga
kaki Abdullah terlihat. Beberapa sahabat yang melihat tertawa. Namun Nabi
menegur mereka dengan berkata, “Apa yang membuat kalian tertawa? Ketahuilah
bahwa di hari pembalasan kedua kaki Ibn Mas’ud akan lebih berat di timbangan
daripada Gunung Uhud”.
Dengan cara ini, Rasulullah
mengingatkan umatnya agar tidak menertawakan kaum difabel, terutama terkait
dengan penampilan fisik mereka.
Nabi Muhammad bahkan sangat
memahami kebutuhan mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Sebagai contoh, bagi
mereka yang tak mampu menunaikan salat sambil berdiri, diperbolehkan untuk
melaksanakannya dengan duduk, dan seandainya mereka masih tak mampu, Rasulullah
memperbolehkan mereka untuk salat sambil berbaring.
Ia juga bersabda bahwa yang
membaca Al Quran dengan terbata-bata, ia akan mendapatkan dua pahala dibanding
mereka yang membaca dengan sempurna.
Apa yang telah dilakukan oleh
Baginda Nabi seharusnya menjadi bahan renungan untuk kita semua. Hari ini
orang-orang cacat sering dijadikan bahan cemoohan, mereka terpinggirkan,
diabaikan, bahkan seringkali dianggap sebagai sekelompok masyarakat yang lemah
dan tidak berdaya.
Rasulullah telah menjadi sumber
inspirasi bagi saya dan kaum difabel di seluruh dunia. Beliau mengajak umat
manusia untuk selalu peduli terhadap orang lain dengan menjanjikan bahwa siapa
pun yang mampu mengatasi segala macam kesulitan yang orang hadapi di dunia ini,
Allah akan menghapus kesulitannya di akhirat nanti.
"Beliau mengajak umat
manusia untuk selalu peduli terhadap orang lain dengan menjanjikan bahwa siapa
pun yang mampu mengatasi segala macam kesulitan yang orang hadapi di dunia ini,
Allah akan menghapus kesulitannya di akhirat nanti"
Semoga cerita ini dapat menginspirasi
kita semua untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad dalam bersikap terhadap mereka
yang memiliki keterbatasan.
0 komentar:
Post a Comment