BOGOR – Tidak sembarang orang
bisa masuk surga Allah di akhirat nanti. Hanya atas izin dan kasih sayang Allah
SWT. Untuk itu, Allah dan Rasul-Nya memberikan tuntunan kepada hamba-hamba-Nya
yang beriman agar bisa menjadi ahli surga.
“Dalam salah satu hadits
Rasulullah SAW disebutkan ada empat password atau kunci untuk masuk surga,”
kata Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS saat mengisi pengajian guru dan karyawan
Sekolah Bosowa Bina Insani di Masjid
Al-Ikhlas Bosowa Bina Insani Bogor, Jawa Barat, Jumat (5/8/2016) pagi.
‘Password’ pertama, kata Kiai
Didin, membudayakan salam. “Ucapkanlah salam setiap kali bertemu keluarga,
kerabat dan sahabat. Sebab, ucapan salam dalam Islam, yakni ‘assalamu’alaikum
warahamtullahi wabarakatuh” mengandung doa, bukan dianjurkan mengucapkan salam
untuk para penghuni kubur tersebut,”
ujar Kiai Didin yang juga Guru
Besar IPB Bogor itu.
Ucapan salam, Kiai Didin
menambahkan, juga berarti menebarkan kedamaian kepada orang lain. “Melalui
ucapan salam, kita tebarkan kedamaian, dan kita cegah permusuhan,” tutur
Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor itu.
‘Password’ kedua, kata Kiai
Didin, memberi kepada orang lain yang membutuhkan. “Rasulullah SAW menegaskan,
tangan di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Karena itu, marilah
kita menjadi orang yang mudah memberi atau bersedekah kepada orang-orang
memerlukan,” papar Kiai Didin.
Kiai Didin menambahkan ‘password’
ketiga, adalah menghubungkan tali silaturahim, memperkuat ukhuwah, menebarkan
kasih sayang di antara sesama Muslim. “Menghubungkan silaturahim itu tidak
selalu mudah. Butuh waktu, tenaga dan pikiran,” ujar Kiai Didin.
‘Password’ keempat, kata Didin,
mendirikan shalat Tahajud (qiyamullail) pada sepertiga malam, ketika orang-orang
lain tengah tertidur. “Libatlakanlah Allah dalam segala urusan kita. Jangan
hanya bergantung pada pikiran atau logika. Waktu terbaik untuk melibatkan Allah
dalam kehidupan kita adalah saat Tahajud. Itulah saat terbaik bagi kita untuk
mendekatkan diri dan memohon kepada Allah,” tuturnya.
Kiai Didin mengajak para jamaah
untuk mendorong seluruh anggota keluarga agar merutinkan Tahajud. “Seperti kata
Nabi, kalau suami bangun duluan, maka bangunkanlah istri untuk Tahajud. Begitu
pula sebaliknya, kalau istri bangun duluan untuk Tahajud, maka bangunkanlah
suami untuk bersama-sama melaksanakan shalat Tahajud,” papar Kiai Didin
Hafidhuddin. REPUBLIKA.CO.ID
0 komentar:
Post a Comment