JAKARTA -- Apakah ia seorang
nabi? Pertanyaan tersebut kerap terlontar ketika seseorang membaca kisahnya
yang termaktub dalam Alquran, tepatnya dalam surah al-Kahfi.
Cukup banyak perbedaan pendapat
di kalangan penafsir dan sejarawan terkait dengan sosok Dzulqarnain. Serta
spekulasi, di antara tokoh-tokoh besar Islam, siapa yang cocok untuk menjadi
pribadi Dzulqarnain.
Selain itu, cukup banyak pula
riwayat yang menyebutkan Dzulqarnain bukanlah seorang nabi, melainkan hamba yang
saleh. Seperti Imam Baqir pernah berkata, "Dzulqarnain bukan seorang nabi,
melainkan hanya hamba yang saleh dan dicintai Allah SWT."
Sejarah dan nasib Dzulqarnain
telah diriwayatkan dalam Alquran. Kisahnya bersangkut paut dengan bangsa Ya'juj
dan Ma'juj. Bangsa yang dipercaya akan turun ke bumi ketika hari kiamat untuk
melawan Nabi Isa di Bukit Thursina.
Alquran telah menguraikan cukup
detail perihal sifat-sifat utama Dzulqarnain. Yakni pribadi bertauhid dan
bertakwa, serta menjunjung tinggi nilai-nilai belas kasih dan keadilan.
Hal ini tergambar ketika
Dzulqarnain melakukan sebuah ekspedisi. Seperti diterangkan Alquran, ia
mempunyai tiga ekspedisi penting, yakni ke bumi belahan barat, timur, hingga
akhirnya ke daerah-daerah yang terdapat barisan pegunungan. Ia senantiasa
berhadapan dengan berbagai kaum pada setiap ekspedisi.
Terkait ekspedisi ini, sebagian
ahli tafsir percaya Dzulqarnain pergi dari arah timur menuju utara. Hingga
akhirnya ia sampai di sebuah gunung yang berapitan, yang menjadi penghalang antara
Ya'juj dan Ma'juj dengan manusia.
Di hadapan kedua gunung itu, dia
menemukan suatu kaum yang hampir tidak mengerti dan memahami percakapan. Namun,
Allah SWT memberi hidayah kepada Dzulqarnain, sehingga bahasa kaum yang asing
itu dapat dimengerti olehnya.
Kemudian, kaum itu pun mengeluh
dan mengadu kepada Dzulqarnain tentang kejahatan Ya'juj dan Ma'juj. Kaum itu
berkata, "Sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat
kerusakan di muka bumi. Maka, dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran
(upah) kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?" (QS
al-Kahfi: 94)
Dzulqarnain pun mengabulkan
permintaan mereka, tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Ia bangun sebuah benteng
yang terbuat dari besi dan tembaga agar bangsa Ya'juj dan Ma'juj tidak dapat
menerobos ke dalam permukiman kaum tersebut. Seperti dia berkata, maka mereka
(Ya'juj dan Ma'juj) tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula)
melubanginya. (QS al-Kahfi: 96) REPUBLIKA.CO.ID
0 komentar:
Post a Comment