NORTH DAKOTA -- Sebuah masjid
menjadi simbol komunitas Muslim berdiri di Amerika Utara sejak 1920. Hingga
saat ini, masjid itu masih tetap berdiri meski jumlah jamaahnya semakin tahun
semakin berkurang.
Dilansir dari The Guardian, Senin
(18/7) Lila Thorlaksen mengisahkan kehidupan umat Islam di Ross, North Dakota.
Masjid tua Ross telah diruntuhkan 1970 lalu karena kondisi konstruksi bangunan
yang rusak parah.
Ibunya kemudian memberikan dana
pribadi untuk membagun masjid yang lebih kecil di atas sebidang tanah pada
pertengahan 2000 lalu. Kini Masjid tersebut hanya satu-satunya bangunan yang
terlihat menyembul di tengah hamparan padang rumput.
"Masjid ini tak banyak
digunakan, tetapi terkadang mereka menggunakan masjid tersebut" jelas
Thorlaksen. Dia dibesarkan sebagai seorang muslim, namun kini menjadi kristen
karena menikah.
Jumlah umat Islam yang saat ini
menetap di Ross hanya sekitar 109 orang. Sebagian besar dari mereka bahkan
telah lanjut usia, kira-kira berusia 80 tahun.
Keturunan mereka banyak yang
berpindah agama, meskipun demikian, mereka tetap menjaga tradisi dan hidup
berdampingan dengan tetap mempertahankan masjid dan pemakaman muslim di wilayah
jantung Skandinavia ini.
Islam di North Dakota dikenal
dengan nama-nama keluarga mereka seperti Omar, Juma, Abdallah, dan Hassen.
Mereka biasanya memiliki pekerjaan sebagai penenun kain.
Namun saat ini pertambangan
minyak sedang populer di wilayah tersebut. Semakin sedikitnya pemuda muslim
yang hidup di orth Dakota karena mereka banyak yang pergi berperang saat perang
dunia pertama dan konflik lainnya. Thorlaksen merupakan penduduk North Dakota
keturunan Libanon. Ayahnya imigran yang datang pada awal abad 20 bersama dua ribu
imigran lainnya.
Awalnya mereka membangun masjid
di ruang bawah tanah, kemudian setelah puluhan tahun mereka membangun masjid
yang masih setengahnya ruang bawah tanah di pedesaan Mountrail County. Masjid
ini yang pertama dibangun di Amerika Utara.
Seorang insinyur Emmett Omar yang
kini tinggal di Washington mengatakan dia tumbuh bersama Masjid Ross. Dia
mengunjungi masjid tersebut seperti seorang anak yang mengunjungi orang tuanya.
Berbeda dengan Betty Abdallah
yang dulu tinggal di peternakan dekat Ross, dia mengatakan bentuk masjid
terlihat menyedihkan ketika dia tumbuh dewasa. "Kami akan pergi dan
membersihkan pemakaman, tetapi kami tidak dibolehkan masuk masjid karena
konstruksinya rusak," jelas dia. Di dalam masjid saat ini hanya terlihat
sebuah sajadah kecil yang digelar di tengah lantai semen menuju arah Timur
Ka'bah. REPUBLIKA.CO.ID
0 komentar:
Post a Comment