Klaim pimpinan Jaringan Islam
Liberal (JIL) yang mengatakan Hijab Syar’i sebagai jilbab Timur Tengah dan
tidak sesuai dengan budaya Nusantara Indonesia tidaklah benar. Bahkan para
Muslimah yang mengenakan Hijab Syar’i telah berkontribusi bagi Indonesia jauh
sebelum Indonesia Merdeka.
Salah seorang tokoh Muslimah yang
sudah mengenakan Hijab Syar’i adalah Rahmah El Yunusiah, yang merupakan
reformator pendidikan Islam di Indonesia. Ia merupakan pendiri Diniyah Putri,
sekolah agama Islam perempuan pertama di Indonesia.
Rahmah El Yunusiah lahir Nagari
Bukit Surungan, Padangpanjang pada tahun 26 Februari 1900 Masehi, jauh sebelum
Ulil lahir didunia pada 11 Januari 1967.
Rahmah tampil menentang kebijakan
pemerintah kolonial yang akan memberlakukan Ordonansi Sekolah Liar. Di berbagai
daerah Minangkabau muncul penolakan dari para ulama dan guru menentang
peraturan yang akan mengakibatkan sekolah yang tidak memiliki izin dari pemerintah
ditutup.
Rahmah memimpin penolakan di
Padangpanjang pada 1933. Namun, sewaktu memimpin Rapat Umum Kaum Ibu
Padangpanjang, ia dituduh membicarakan politik sehingga mengakibatkannya
didenda 100 gulden oleh pengadilan. Pada tahun yang sama, Belanda melalui
Politieke Inlichtingen Dienst menggeledah Diniyah Putri, mencari buku Ur Watul
Wutsqa dan teks lagu Indonesia Raya. Tiga orang guru Diniyah Putri: Kanin RAS,
Chasjiah AR, dan Siti Adam Addarkawi dikenakan larangan mengajar.
Kiprah Rahmah di jalur pendidikan
membuatnya mendapatkan perhatian luas. Ia duduk dalam kepengurusan Serikat Kaum
Ibu Sumatera (SKIS). Pada 1935, ia diundang mengikuti Kongres Perempuan
Indonesia di Batavia sebagai utusan SKIS. Dalam kongres, ia memperjuangkan
penggunaan ciri khas budaya Islam ke dalam kebudayaan Indonesia seperti
penggunaan kerudung dalam busana perempuan.
Pada 1938, ia hadir dalam rapat
umum di Bukittinggi untuk menentang Ordonansi Kawin Bercatat. Pada April 1940,
Rahmah menghadiri undangan Kongres Persatuan Ulama Seluruh Aceh di Kotaraja,
Aceh. Ia dipandang oleh ulama-ulama Aceh sebagai ulama perempuan terkemuka di
Sumatera.
Dalam pemberitaan sebelumnya,
Pimpinan Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Abshar Abdala melalui akun twitterya
mengungkapkan bahwa dirinya sangat kecewa dengan trend Muslimah Indonesia yang
lebih mengenakan Hijab Syar’i yang menutup rapat aurat daripada menggunakan
kerudung. [islamedia/az]
0 komentar:
Post a Comment