Komandan Batalyon Infanteri
Mekanis 203/Arya Kamuning Agus Yudhoyono, Founder FPCI Dino Patti Djalal,
Walikota Bandung Ridwan Kamil dan Imam Islamic Center of New York Shamsi Ali
berpose di Supermentor-14 di Jakarta (21/8). (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Jakarta - Imam
Islamic Center di New York, Shamsi Ali mengatakan Indonesia sebagai negara
muslim terbesar tak populer di telinga masyarakat negara lain. Terutama di
negara adidaya Amerika Serikat. Orang-orang asing lebih tahu nama Bali
ketimbang Indonesia.
"Indonesia tidak populer.
Tapi ketika saya bilang tahu Bali, mereka bilang, yes I know Bali," ujar
Shamsi Ali dalam acara Supermentor 14 'Abad 21 Sebagai Zaman Kecermelangan Indonesia'
di Djakarta Theater, Jakarta, Minggu (21/8/2016).
Pada masa awal tinggal di AS,
teman-temannya menyangka dia berasal dari negara di Timur Tengah, salah satu
kawasan di dunia dengan intensitas konflik terbesar dan terparah saat ini.
Padahal ia sudah memberitahu kalau dirinya berasal dari negara dengan penduduk
muslim terbesar di dunia.
Saat diberi tahu soal petunjuk
'negara muslim terbesar' pun rekan-rekannya tetap mengira Ali berasal dari
Filipina, negara tetangga Indonesia di ASEAN yang juga menjadikan agama sebagai
latar belakang konflik dan kekerasan.
Dia berpikir, dengan pandangan
teman-temannya tentang 'negara muslim', Islam seolah-olah benar-benar menjadi
identik dengan konflik dan sumber kekerasan. Seperti yang kerap terjadi di
negara-negara Timur Tengah.
"Seolah di mana ada konflik,
di situ ada Islam. Sementara di mana ada Islam, tunggulah konflik
terjadi," ujar Shamsi Ali.
Menurut dia, ketidakpopuleran
Indonesia sebagai negara muslim terbesar karena tidak masifnya konflik dan
kekerasan atas nama agama seperti di Timur Tengah. Yakni perkembangan Islam di
Indonesia sejalan dengan upaya bangsa Indonesia memodernisasi negaranya.
Peristiwa konflik atas nama agama
seperti di Poso dan daerah lain merupakan kasus yang terlokalisir. Kasus-kasus
konflik itu tidak lantas menjadikan Indonesia sebagai negara yang identik
dengan kekerasan atas nama agama.
Namun demikian, lanjut dia, di
satu sisi Indonesia rupanya masih dikagumi banyak kalangan. Contohnya,
kekaguman mantan Presiden AS Bill Clinton terhadap Indonesia sebagai negara
muslim terbesar di dunia, tapi masih bisa berjalan seiring dengan agama-agama
lain serta budaya dan etnis yang beragam dalam masyarakatnya.
Hal itu, kata dia, tak lepas dari
Undang-Undang Dasar 1945 yang sudah secara tegas menyatakan kebebasan beragama
di Indonesia. Itu yang membedakan Indonesia dengan negara-negara lain, terutama
negara dengan mayoritas warganya beragama Islam.
"Dan perkembangan Islam di
negara kita yang sejalan dengan upaya modernitas ini dikagumi banyak bangsa,"
ujar Shamsi Ali. Liputan6.com
0 komentar:
Post a Comment